SEJARAH DESA
SEGOBANG
Menurut sumber cerita dari sesepuh Desa Segobang masa kini, awal mula terjadinya
Desa Segobang dimulai sekitar tahun 1918. Daerah Banyuwangi sebelah barat yang
merupakan dataran tinggi dan berhutan lebat, berjarak kurang lebih 16 km dari
pusat kota, oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dibuka sebagai lahan baru
untuk dijadikan lahan pertanian.
Semula penduduk asli Banyuwangi yaitu suku Osing tidak tertarik dengan
tawaran tersebut, yang berminat justru orang perantauan asal Jawa Tengah (jowo
kulon), kebanyakan berasal dari Cirebon dan Begelen serta ada juga yang dari
Ponorogo.
Bagi mereka yang berminat untuk ikut membuka lahan baru tersebut,
diharuskan menyetorkan uang kepada pemerintah sebesar satu gobang atau sak
gobang, dalam bahasa jawi sak benggol yang nilainya sama dengan dua setengah
sen. Dari kata “sak gobang” itulah kemudian daerah yang baru dibuka tersebut
dinamakan “SEGOBANG”. Sampai sekarang tempat semula dibukanya hutan tersebut
terpisah dari dusun-dusun yang lain dan dikenal dengan nama Segobang Timur,
yang kemudian berubah nama menjadi Dusun Banyucindih.
Dengan berjalannya waktu akhirnya orang Banyuwangi asli mengetahui bahwa lahan bukaan baru tersebut
adalah lahan yang subur, mulailah mereka berdatangan dan menetap di sana.
Pembukaan lahan terus berlanjut dan melebar ke arah selatan dan barat sampai ke
batas yang telah ditentukan Pemerintah Belanda, dan akhirnya seluruh wilayah
baru tersebut menjadi sebuah pedesaan dan dinamakan Desa Segobang, yang
penduduknya merupakan campuran masyarakat Jawa Kulon dan Banyuwangi asli. Namun
secara kultural budaya Jawa Banyuwangi lebih dominan, sebagai contoh dalam
percakapan sehari-hari masyarakat Desa Segobang menggunakan bahasa Jawa
Banyuwangi, yaitu Bahasa Osing.
I. Asal Usul Desa
Semula, Desa Segobang masuk wilayah Kecamatan Glagah dan merupakan desa
dengan luas wilayah terluas di Kecamatan Glagah, terbagi menjadi 8 dusun:
1.
Dusun
Segobang Timur
2.
Dusun
Krajan
3.
Dusun
Srampon
4.
Dusun
Karangsari
5.
Dusun
Kluncing
6.
Dusun
Bedengan
7.
Dusun
Sigawe
8.
Dusun
Pesucen
Pada tahun 1969, Desa Segobang dimekarkan menjadi 2 desa, yaitu Desa
Segobang dan Desa Kluncing, sehingga akhirnya Desa Segobang hanya terdiri dari
4 dusun, yaitu:
1.
Dusun
Segobang Timur
2.
Dusun
Krajan
3.
Dusun
Srampon
4.
Dusun
Karangsari
Pada tahun 1995 Dusun Segobang Timur berubah nama menjadi Dusun
Banyucindih. Pada tahun 2000 Dusun Srampon dimekarkan menjadi 2 dusun, yaitu
Dusun Srampon dan Dusun Kayangan. Pada tahun 2005 Dusun Krajan juga dimekarkan
menjadi 2 dusun, yaitu Dusun Krajan Barat dan Dusun Krajan Timur. Dengan
demikian akhirnya Desa Segobang terbagi menjadi 6 dusun.
Pada tahun 2004 Kecamatan Glagah dimekarkan menjadi 2 kecamatan, yaitu
Kecamatan Glagah dan Kecamatan Licin. Desa Segobang bersama dengan 7 desa
lainnya yang terletak di bagian barat dari Kecamatan Glagah masuk ke dalam
Kecamatan Licin.
II.
Sejarah Pemerintahan Desa
Berikut adalah nama-nama Kepala Desa Segobang:
1.
1920-1922 Nasution
2.
1922-1924 Mangundikoro
3.
1924-1925 H.
Tojib
4.
1925-1927 Djojohardjo
5.
1927-1928 Narwisah
6.
1928-1930 Singomanggolo
7.
1930-1931 Indrani
8.
1931-1934 Singoredjo
9.
1934-1935 Mudasir
10. 1935-1936 Sulaiman
11. 1936-1938 Singowono
12. 1938-1942 Sutardjo Utomo
13. 1942-1943 Karim
14. 1943-1944 Patar
15. 1944-1972 Wonohardjo
16. 1972-1974 Abdullah
Abdullah
17. 1974-1975 Aswari
18. 1975-1979 M. Badjuri
19. 1979-1981 Suparlan (Pj)
Suparlan
20. 1981-1989 Mukhlis
Mukhlis
21. 1989-1990 Abdul
Hanan (Pj)
Abdul Hanan
22. 1990-1998 Mashudi
23. 1998 Dimyati (Pj)
Dimyati
24. 1999 Suparlan (Pj)
Suparlan
25. 1999-2002 Baehaki
26. 2002-2003 Hapidi
(Pj)
Hapidi
27. 2003-2010 Sugiyarto, SH.
Sugiyarto, SH.
28. 2010-2011 Mudhofir, ST. (Pj)
Mudhofir, ST.
29. 2011-2017 Samsul Kholik, S.Ag.
Samsul Kholik, S.Ag.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar